RH 122 PW “Menyembah di Tengah Ujian”
Habakuk 3:17–18 – “Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.”
Renungan
Mudah bagi kita untuk menyembah Tuhan ketika keadaan baik dan hati penuh sukacita. Namun penyembahan sejati diuji ketika hidup terasa berat, penuh kekurangan, atau menghadapi penderitaan. Habakuk menunjukkan iman seorang penyembah yang sejati: meski tidak ada tanda-tanda berkat secara lahiriah, ia tetap memilih untuk bersorak di dalam Tuhan. Inilah inti penyembahan sejati — menyembah bukan karena keadaan, tetapi karena siapa Tuhan itu sendiri.
Sebagai tim pujian, kita pun dipanggil untuk tetap menyembah, bahkan ketika hati sedang lelah atau hidup penuh pergumulan. Jemaat bisa saja melihat senyuman di wajah kita, tetapi Tuhan melihat kedalaman hati. Ketika kita tetap memuji meski sedang hancur, itu adalah korban penyembahan yang sangat berharga di hadapan Allah. Korban itu jauh lebih berkuasa daripada seribu lagu indah, karena lahir dari iman yang murni.
Menyembah di tengah ujian adalah kesaksian yang kuat. Jemaat akan melihat bahwa penyembahan bukan sekadar musik, melainkan kehidupan yang berakar pada iman. Hadirat Tuhan justru sering dinyatakan paling nyata ketika kita menyembah di tengah badai. Mari kita belajar menjadi penyembah sejati: tetap memuji dan meninggikan Tuhan, apa pun kondisi hidup kita.
Doa
Tuhan, ajarku untuk menyembah-Mu bukan karena keadaan, tetapi karena Engkau layak dimuliakan. Beri aku kekuatan untuk tetap memuji-Mu di tengah ujian, dan jadikan hidupku korban penyembahan yang berkenan bagi-Mu. Amin.