RH 119 PW “Hidup Sebagai Instrumen Allah”
Roma 12:1 – “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.”
Renungan
Tim pujian dan penyembahan sering memakai instrumen musik untuk memuliakan Tuhan. Namun lebih dari sekadar alat musik, hidup kita sendiri dipanggil untuk menjadi instrumen Allah. Paulus menasihati agar kita mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup. Artinya, bukan hanya suara, talenta, atau permainan musik kita yang dipakai, tetapi seluruh keberadaan kita—pikiran, hati, dan tindakan—menjadi alat di tangan Tuhan.
Instrumen musik hanya bisa mengeluarkan nada indah jika dimainkan oleh seorang maestro. Demikian juga hidup kita akan memancarkan nada surgawi bila diserahkan sepenuhnya kepada Allah. Seorang penyembah sejati tidak hanya mengandalkan keterampilan, tetapi menyerahkan hidupnya agar Roh Kudus bebas berkarya. Dengan demikian, pelayanan kita bukan sekadar pertunjukan, melainkan saluran hadirat Allah yang mengubahkan jemaat.
Ketika kita hidup sebagai instrumen Allah, kita belajar rendah hati. Sebab alat musik tidak bisa membanggakan dirinya, semua kemuliaan kembali kepada Sang Pemain. Demikian pula dalam pelayanan, kita hanyalah instrumen; Allah-lah yang mengatur harmoni hidup kita agar memuliakan Dia. Mari hari ini kita berkata, “Tuhan, hidupku adalah instrumen-Mu. Mainkanlah aku sesuai kehendak-Mu.”
Doa
Tuhan, aku menyerahkan seluruh hidupku sebagai instrumen di tangan-Mu. Pakailah aku untuk mengeluarkan nada kasih dan kebenaran-Mu, agar melalui hidupku orang lain dapat mengenal Engkau. Biarlah setiap pujian dan penyembahan yang kulakukan hanya memuliakan nama-Mu. Amin.