RH 115 PW “Panggilan Untuk Menjadi Imam Lewat Pujian”
1 Petrus 2:9 – “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.”
Renungan
Ketika kita melayani di tim pujian dan penyembahan, kita bukan sekadar memimpin lagu atau memainkan musik. Firman Tuhan menyebut kita sebagai “imamat yang rajani,” yang artinya kita dipanggil untuk mempersembahkan korban syukur dan membawa umat Tuhan masuk ke dalam hadirat-Nya. Seorang imam dalam Perjanjian Lama berdiri di hadapan Allah mewakili umat, demikian pula kita—lewat pujian, kita menuntun jemaat untuk mengarahkan hati mereka kepada Allah.
Sebagai imam, hidup kita tidak boleh hanya berhenti pada panggung. Kehidupan sehari-hari kita pun harus mencerminkan kekudusan dan kesetiaan kepada Tuhan. Kuasa dalam pujian tidak datang dari suara merdu atau aransemen musik yang indah, tetapi dari hati yang benar di hadapan Allah. Semakin kita hidup dalam penyembahan pribadi, semakin pelayanan kita di depan jemaat membawa dampak rohani.
Panggilan ini adalah anugerah sekaligus tanggung jawab. Kita dipanggil bukan untuk mencari sorotan atau tepuk tangan, melainkan untuk memberitakan perbuatan besar Allah. Setiap kali kita memimpin pujian, ingatlah bahwa kita sedang menjalankan fungsi imam: mempersembahkan pujian yang murni kepada Allah, dan membawa jemaat bersama-sama menyembah Dia dalam roh dan kebenaran.
Doa
Tuhan, terima kasih karena Engkau telah memilih aku menjadi bagian dari imamat yang rajani. Ajarku untuk melayani bukan hanya dengan suara dan musikku, tetapi dengan seluruh hidupku. Biarlah setiap pujian yang kupersembahkan menjadi korban yang harum dan membawa banyak orang lebih dekat kepada-Mu. Amin.